hujan...
Jejak Langkahku
Karena Tercapainya Mimpi Selalu Berawal dari Langkah
Kamis, 26 April 2012
Selasa, 27 Maret 2012
Selasa, 14 Februari 2012
Spicy
"Tak ada yang spesial dari spicy, Ia hanyalah sebuah persahabatan yang takkan terputus oleh waktu."
^_^
Jumat, 03 Februari 2012
Tour#1
Dua ribu dua belas, dan ini akan menjadi tempatku menuangkan kata tentang tempat-tempat yang telah dan akan kukunjungi. Semuanya bermula dari Indrayanti,
1. Pantai Indrayanti::Gunung Kidul::70km::kamis190112
Makrab TM2011, jauh juga tempatnya. Bayangkan, perjalanan 3 jam naik motor (satu jam berhenti sih, haha), capek. Apalagi sempat nyasar, bahkan jadi yang paling terakhir sampai lokasi. Padahal kan aku orang jogja asli. Ckckck,
2. Desa Kebangsaan::Selopamioro, Imogiri::25km::sabtu210112
Bukan makrab sih, tapi jadi mirip makrab. English Camp MEEC. Jalannya semacam ke Gunung Kidul. Wajar lah, nogosari tempatnya memang di atas bukit. Dua hari yang mantap. Sepertinya sih ada yang tertinggal disana. Ya, kenangan! Terima kasih Pak Nasrudin Anshori.
3. Taman Buah Mangunan::Dlingo, Imogiri::20km::rabu080212
Spicy Ohyeah! Nice trip. Pemandangannya keren, sumpah. Juga di hutan pinusnya, semoga mereka semua tetap indah, meski zaman telah berubah. Kapan-kapan kesini lagi ah. Semoga bukan cuma memandang dari atas, tapi juga bisa menikmati segarnya aliran air sungai itu. Amiin.
4. Sri Gethuk::Playen, Gunung Kidul::30an km paling::sabtu250212
5. Hmm, yang ini rahasia dulu kawan
Bismillah
1. Pantai Indrayanti::Gunung Kidul::70km::kamis190112
Makrab TM2011, jauh juga tempatnya. Bayangkan, perjalanan 3 jam naik motor (satu jam berhenti sih, haha), capek. Apalagi sempat nyasar, bahkan jadi yang paling terakhir sampai lokasi. Padahal kan aku orang jogja asli. Ckckck,
2. Desa Kebangsaan::Selopamioro, Imogiri::25km::sabtu210112
Bukan makrab sih, tapi jadi mirip makrab. English Camp MEEC. Jalannya semacam ke Gunung Kidul. Wajar lah, nogosari tempatnya memang di atas bukit. Dua hari yang mantap. Sepertinya sih ada yang tertinggal disana. Ya, kenangan! Terima kasih Pak Nasrudin Anshori.
3. Taman Buah Mangunan::Dlingo, Imogiri::20km::rabu080212
Spicy Ohyeah! Nice trip. Pemandangannya keren, sumpah. Juga di hutan pinusnya, semoga mereka semua tetap indah, meski zaman telah berubah. Kapan-kapan kesini lagi ah. Semoga bukan cuma memandang dari atas, tapi juga bisa menikmati segarnya aliran air sungai itu. Amiin.
4. Sri Gethuk::Playen, Gunung Kidul::30an km paling::sabtu250212
Berawal dari sebuah ide dadakan sekitar jam 23.00 malam. Alhamdulillah esoknya kami berangkat, walaupun cumulunimbus menyambut hangat, hahaha. Jalannya mantap kawan, belum bagus lah intinya. Tapi alhamdulillah bisa sampai juga, walaupun air sungainya keruh. Kata orang sana sih, airnya jernih nek kemarau, atau setidaknya kalau seminggu nggak hujan. Okelah, aku niat mau kesana lagi. Juni 2012, tunggu aku Sri Gethuk.
5. Hmm, yang ini rahasia dulu kawan
Kamis, 26 Januari 2012
Bangun!
Bagaimana cara
membangunkan orang? Itu menjadi sebuah pertanyaan yang menjadi tantangan
bagi mereka yang punya teman/anggota keluarga yang sulit bangun dari
tidur. Nah, ini nih beberapa cara membangunkan orang.
1. Panggil namanya beberapa kali. Itu cara tersimpel, dan kurasa hanya akan efektif bagi mereka yang mudah bangun.
2. Bangunkan dengan tangan, goyangkan tubuh orang yang sedang tidur itu. Mayoritas orang sih bangun nek dibeginikan.
3. Sediakan air satu ciduk. Celupkan tanganmu ke air, lalu usapkan ke wajah orang yang tidur itu. Ia pasti bangun. Jika masih tidur lagi, berarti ia memang sedang mengantuk sekali, atau memang malas bangun. Tapi setidaknya ia sudah sadar, hanya matanya saja yang masih terpejam.
4. Ambil makanan, nek bisa yang enak dan beraroma. Dekatkan makanan ke temanmu yang sedang tidur. Jika beruntung, sepertiku misalnya, maka temanmu akan bangun. Dulu aku pernah melakukan ini untuk membangunkan temanku, waktu itu sih makanan yang kuambil hanya telo+sambel abc. Dan ternyata dia bangun, haha. Ini juga tergantung orang yang tidur sih, tapi coba saja.
5. Ancam dia, terutama jika kamu adalah orang yang berkuasa baginya. Tapi kamu harus membuatnya sadar terlebih dahulu, setidaknya barusaja membuka mata lah. Nah, Misalnya aku ingin membangunkan adikku, padahal adikku itu tiap hari pinjam leptopku untuk main game, dan itu adalah hobinya. Lalu aku berkata agak keras di sampingnya, "Wah, nek gini ni besok nggak usah pinjem leptop aja." Dan tiba-tiba bangun deh dia.
6. Nyalakan lampu. Kalau perlu ambil lampu yang biasa digunakan saat mati listrik, lalu nyalakan di depan wajahnya. Tapi jangan dekat-dekat.
Tentu masih banyak cara lainnya. Tapi enam dulu lah, tugas menggambar teknik masih menanti^_^
::hanya curhat tentang masalahku sendiri,080112::
1. Panggil namanya beberapa kali. Itu cara tersimpel, dan kurasa hanya akan efektif bagi mereka yang mudah bangun.
2. Bangunkan dengan tangan, goyangkan tubuh orang yang sedang tidur itu. Mayoritas orang sih bangun nek dibeginikan.
3. Sediakan air satu ciduk. Celupkan tanganmu ke air, lalu usapkan ke wajah orang yang tidur itu. Ia pasti bangun. Jika masih tidur lagi, berarti ia memang sedang mengantuk sekali, atau memang malas bangun. Tapi setidaknya ia sudah sadar, hanya matanya saja yang masih terpejam.
4. Ambil makanan, nek bisa yang enak dan beraroma. Dekatkan makanan ke temanmu yang sedang tidur. Jika beruntung, sepertiku misalnya, maka temanmu akan bangun. Dulu aku pernah melakukan ini untuk membangunkan temanku, waktu itu sih makanan yang kuambil hanya telo+sambel abc. Dan ternyata dia bangun, haha. Ini juga tergantung orang yang tidur sih, tapi coba saja.
5. Ancam dia, terutama jika kamu adalah orang yang berkuasa baginya. Tapi kamu harus membuatnya sadar terlebih dahulu, setidaknya barusaja membuka mata lah. Nah, Misalnya aku ingin membangunkan adikku, padahal adikku itu tiap hari pinjam leptopku untuk main game, dan itu adalah hobinya. Lalu aku berkata agak keras di sampingnya, "Wah, nek gini ni besok nggak usah pinjem leptop aja." Dan tiba-tiba bangun deh dia.
6. Nyalakan lampu. Kalau perlu ambil lampu yang biasa digunakan saat mati listrik, lalu nyalakan di depan wajahnya. Tapi jangan dekat-dekat.
Tentu masih banyak cara lainnya. Tapi enam dulu lah, tugas menggambar teknik masih menanti^_^
::hanya curhat tentang masalahku sendiri,080112::
Jalan
Dua jembatan tua itu.. jika aku bukan aku, pastilah ku takkan merasa
berbeda. Tapi aku adalah aku, maka kurasakan ikatan itu. Apa lah yang
spesial dari jembatan, ia hanya rangkaian baja, yang padanya saling
meniadakan gaya. Tapi bukan tentang gaya, hanya saja jembatan itu
memanjang di selopamioro. Bukan sebuah struktur bagiku, ia hanya
mengarahkanku ke kalidadap, lembaran tempat keren di selatan..
Persepsi
Sungai Artifisial
Ada yang unik di indrayanti. Pantainya hanya selebar 400meteran, diapit
oleh dua tebing. Januari 19, pantai pasang. Aku yang datang kloter
terakhir (tersesat) tanpa basa-basi langsung menuju pantai, menghampiri
teman-temanku yang mayoritas sudah di sana satu jam.
Memang tak berniat untuk basah, aku hanya sekedar beradu kaki dengan ombak. Itu pun hanya sebentar, selebihnya waktuku yang hanya 1 jam kuluangkan untuk bermain voli dan menikmati sunset sore itu. Agak bosan, aku mendekati tebing timur. Beberapa temanku sedang asyik di sekitar sungai kecil. Ah, tak bisa kusebut sungai karena tak alami. Kusebut got pun tak pas karena terlalu bersih. Lebarnya tak sampai 60 senti, turun dari kebun, mengalir 3 meter di pasir putih, lalu membaur ke laut. Sore itu airnya terlihat bersih. Aku penasaran, tawarkah airnya? Maka kudekati aliran air yang hanya sedalam belasan senti di pasir pantai itu. Kuambil seteguk, kurasakan. Asin, maka kubuang tanpa kutelan. Tampaknya ia sudah bercampur dengan air laut, walau garis pantai masih beberapa meter lagi. Atau mungkin pasir pantai lah yang menyebabkan asin. Entah, tapi setidaknya penasaranku hilang.
Pagi di pantai juga tak boleh kulewatkan. Kali ini tebing kunaiki. Tak terlalu sulit, sudah ada jalan meski cukup terjal. Puas melihat cakrawala dari atas, aku kembali turun. Sungai buatan yang kemarin kuminum airnya letaknya dekat dengan tebing. Maka kumanfaatkan untuk mencuci kaki. Detik itu aku kaget. "Lho, kok airnya kayak ada minyaknya ya?" tanyaku pada temanku. "Wajarlah, itu kan air limbah, temanku menyahut." Kulihat jalur sungai buatan itu, tampaknya memang dari warung-warung dan WC yang ada di sana. Sejak saat itu, meningat sungai palsu selalu membuatku ingin muntah.
Memang tak berniat untuk basah, aku hanya sekedar beradu kaki dengan ombak. Itu pun hanya sebentar, selebihnya waktuku yang hanya 1 jam kuluangkan untuk bermain voli dan menikmati sunset sore itu. Agak bosan, aku mendekati tebing timur. Beberapa temanku sedang asyik di sekitar sungai kecil. Ah, tak bisa kusebut sungai karena tak alami. Kusebut got pun tak pas karena terlalu bersih. Lebarnya tak sampai 60 senti, turun dari kebun, mengalir 3 meter di pasir putih, lalu membaur ke laut. Sore itu airnya terlihat bersih. Aku penasaran, tawarkah airnya? Maka kudekati aliran air yang hanya sedalam belasan senti di pasir pantai itu. Kuambil seteguk, kurasakan. Asin, maka kubuang tanpa kutelan. Tampaknya ia sudah bercampur dengan air laut, walau garis pantai masih beberapa meter lagi. Atau mungkin pasir pantai lah yang menyebabkan asin. Entah, tapi setidaknya penasaranku hilang.
Pagi di pantai juga tak boleh kulewatkan. Kali ini tebing kunaiki. Tak terlalu sulit, sudah ada jalan meski cukup terjal. Puas melihat cakrawala dari atas, aku kembali turun. Sungai buatan yang kemarin kuminum airnya letaknya dekat dengan tebing. Maka kumanfaatkan untuk mencuci kaki. Detik itu aku kaget. "Lho, kok airnya kayak ada minyaknya ya?" tanyaku pada temanku. "Wajarlah, itu kan air limbah, temanku menyahut." Kulihat jalur sungai buatan itu, tampaknya memang dari warung-warung dan WC yang ada di sana. Sejak saat itu, meningat sungai palsu selalu membuatku ingin muntah.
Kamis, 12 Januari 2012
Dewa Ruci
"Japan?"
Banyak di antara mereka di sini yang menyangka bahwa kami yang berperawakan sedang dan sipit ini berasal dari Negeri Matahari terbit. Dan kami hanya menggelengkan kepala, bahkan timbul perasaan ingin mencobai mereka. "Ayo coba terka!"
"Kina?" tanyanya. Nah, mereka menyebut cina dengan kina. Dan tentu saja terkaan mereka tidak jauh meleset karena yang bermata sipit itu kalau bukan Jepang, ya, mesti cina. Kami menggelengkan kepala dan akhirnya berkata, "Indonesia."
"Aaaa, Indonesia! Dobro, dobro," kata mereka serempak. Artinya "bagus, bagus!"
Ya, di mana-mana mereka memuji kami secara terang-terangan sehingga sering membuat kami kikuk juga. Kadang-kadang kalau kami sedang lewat, terdengar mereka mempercakapkan kami, walaupun kami hanya bisa menangkapnya sepotong-sepotong. Seorang kenalan bangsa Yugo yang pandai berbahasa inggris dan kebetulan sedang berjalan bersama kami menjelaskan tentang apa yang sedang mereka percakapkan. Rupanya mereka mengagumi sejarah perjuangan kemerdekaan kita pada tahun 1945, yang hanya dengan bambu runcing, sanggup mengalahkan belanda yang menggunakan persenjataan serba modern. Mereka semakin kagum karena setelah berkenalan dengan kami, ternyata orang-orangnya sangat sederhana, berperawakan sedang, bahkan boleh dikatakan kecil, sikapnya ramah-tamah, bahkan boleh dikatakan lemah lembut.
Barangkali sikap kami memang terlalu ramah untuk ukuran mereka. Di samping sudah menjadi kebudayaan kami, semua pesan dan amanat yang kami terima dari orang tua kami, dari atasan kami, bahkan dari Kepala Negara Sukarno, sebelum kami berangkat meninggalkan tanah air, itu masih kami pegang teguh dan perhatikan sungguh-sungguh.
"Jaga nama baik Indonesia!"
"Jangan permalukan bangsa!"
Bahkan, pada waktu kami memasuki pelabuhan pertama di luar negeri, yaitu di kota Kolombo setelah Dewa Ruci meninggalkan tanah air, dikeluarkanlah sebuah instruksi spesifik agar awak Dewa Ruci senantiasa menjaga sikap dan tindakannya.
Jadi, kalau sikap kami sehari-hari memang serba correct, itu bukan hanya karena sifat ketimuran yang masih tebal dan membudaya, tetapi juga dituntut oleh disiplin kedinasan sehingga betul-betul harus menjadi way of life kita. Tanpa dibuat-buat. Seadanya.
Dan kalau kami berjalan-jalan menikmati keindahan kota Split pada petang hari, banyak penduduknya yang terheran-heran menerima anggukan kepala dari kami disertai ucapan selamat sore dalam bahasa Yugo. Agak terkejut, mereka membalas keras-keras, "Dobro Vece!"
Mereka seperti terkesima karena seolah tidak percaya ada orang asing yang tidak mereka kenal memberi hormat kepada mereka. Dan mereka tersenyum mengangguk-angguk. Sungguh, menerima ucapan salam dari orang yang tidak dikenal merupakan sesutu yang sudah sangat jarang terjadi dalam kehidupan mereka yang individualistis. Menerima kenyataan yang mengagetkan itu, yang bagi kami sebenarnya bukan apa-apa bahkan sudah mendarah daging, yaitu sifat dan kebiasaan menghormati orang tua, maka nenek-nenek dan kakek-kakek itu seperti tersentak dari jalannya yang tertatih-tatih, menoleh kepada kami dengan pandangan seperti tidak percaya dan berkata, "Terima kasih. Selamat sore untukmu, Nak!"
~Awak Dewa Ruci, ketika mereka berlabuh di Yugoslavia, 30 April 1964~
::Dewa Ruci: Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudera::Cornelis Kowaas::
Membaca buku ini membuatku ingin merasakan sebuah pelayaran seperti mereka. Dewa Ruci yang menginspirasi.
Langganan:
Komentar (Atom)




.jpg)




