Rabu, 27 Juli 2011

Buku Merah


Hampir dua jam memikirkan ide untuk menulis. Mau nulis apa? Bingung, benar-benar bingung. Dan sampai di kalimat inilah dua jam pertama menulisku. Hahaha, konyol sekali. Sebenarnya aku baru punya minat menulis akhir-akhir ini saja, sesuatu yang sebenarnya merugikan. Ya, efeknya begini dah. Tujuh belas tahun menghirup udara masih belum cukup buatku untuk bisa menulis dengan baik. Kadang ketika kubaca ulang tulisan 1 halamanku, kata-kata bergaung di pikiranku, “perasaan nulis ini udah 4 jam, tapi kok ya cuman 1 halaman. Gek elek meneh-,-”. Hahaha, emang nasib kurang punya minat nulis dari dulu.
            Nah, tak cerita bentar deh. Barusan aku dapat inspirasi, soalnya habis mbaca buku merah. Eh eh bentar (thinking), cerita nggak ya? Bingung nih. Ya udah tak cerita dikit aja. Jadi to, begini teman-teman, kisah ini dimulai ketika aku masih jongkok di bangku SD. Kelas berapa ya? lupa aku. Bapakku waktu itu memberiku buku baru, merah warnanya. Tertera tulisan di cover depan, “Exclusive AGENDA”. Ya, sebuah buku harian. Aku, yang waktu itu sangat benci menulis, dipaksa (padahal yo enggak) untuk mulai menulis di buku harian. Itulah buku harian pertamaku (sampai sekarang belum ganti sih, wkwk).
            Halaman pertama bukan tulisanku, aku ingat waktu itu aku bertanya ke bapak dengan polosnya, “yang ditulis di sini apa?”. Bapak mengambil buku merahku, menuliskan sesuatu di halaman depan:

            LATIHAN MENULISKAN!!
1.       Kegiatan harian dari pagi hingga malam
2.       Belajar nulis puisi
3.       Rencana n keinginan masa mendatang
4.       Menggambar ato membuat sketsa
5.       Cerita karangan bebas
6.       Hasil dialog dgn teman, ustadz, bapak, ibu, dll
7.       Ringkasan bacaan
8.       Terserah!!

Di halaman berikutnya ada kaligrafi arab beserta artinya. Sebuah doa:
                                                           YA ALAH,
                                          BERILAH AKU CAHAYA YANG
                                            DAPAT MENERANGI HATI
                                           (HINGGA KARYAKU JELAS
                                          DAN MUDAH DIMENGERTI)
                                                BAPAK-Ramadhan 1425

            Disitulah lembaranku dimulai. Tapi sepertinya usaha bapakku belum berhasil. Menulis masih belum jadi kebiasaanku (kecuali kalo nyatet pas pelajaran,, wueit). Tulisan pertamaku di buku merah kubuat 13 Oktober 2004. Tulisan terakhirku (sampe 27 Juli 2011) tanggal 12 Juli 2011. Tujuh tahun sudah, tapi setengah buku pun belum terlewati. Hahaha. Tapi setelah kubaca beberapa bagian dari awal, ternyata lucu juga lho. Polos banget tulisanku waktu itu, jadi ngakak sendiri. Tapi malu juga. Ada pelajaran, cerita harian, jadwal harian, ada juga yang privasi (hmm, apaya?). Ya begitulah, tapi overall nggak rugi aku punya buku merah. 
            Teman, kutahu engkau sudah memulai start lebih dulu. Entah sudah berapa ribu lembar yang kau cetak. Entah sudah sampai edisi keberapa buku merahmu. Lima kah? Atau malah lebih? Yang jelas, kutahu kau sudah jauh di depan. Sementara aku sekarang baru melewati garis start. Mungkin aku masih hijau. Mungkin tintaku belum banyak. Tak peduli seberapa jauh kau melangkah, tak peduli seberapa tinggi gunung yang kau daki, bersiap-siaplah, suatu saat nanti kau kan kulewati.

Selasa, 19 Juli 2011

Yang Kutahu, Sahabat Tetaplah Sahabat

Diawali dengan rasa malas menanti aktivitas. Mulai beranjak bertemu adikku yang hebat, lalu bertemu teman-teman yang tak ada duanya..

Kepolosan seorang nenek di depan rumahnya menggagalkan kejutan,, tak apalah,, kurasa esensinya tetap tersampaikan..

Dua jam selanjutnya adalah obrolan sarat makna,, mengingatkan akan skenario indah Allah,, lengkap dengan manis pahit perjalanan 1 tahun itu..

Berpamitan pulang menuju sebuah masjid.. disana pun melihat sosok hebat,, salah seorang kakak kelas.. sayang tak sempat menyapa..

Di rumah mengisi perut yang sejak pagi kosong.. Bimbang antara tugas dan rehat. Namun waktu terus berjalan,, dan akhirnya hanya diisi dengan tv dan naruto.. Sore hari mengantar adik les,, menjemput pula..
Sate jadi hidangan malam, sambil istirahat sejenak..

Lalu hariku diakhiri dengan si kulit bundar,, bersama kelas yang sudah dua tahun menyatu..
Di antara mereka ada yang akan pergi. Sedih, tapi mau apa lagi. Hanya berharap semoga masih dipertemukan kembali.. Yang kutahu,, sahabat tetaplah sahabat, waktu dan jarak takkan mengakhiri..