Senin, 26 September 2011

Sebuah Selingan

Tiga hal yang aku pikirkan saat ini, dieng, cct, dan kasur gantung. Hapeku sudah berangka 20.46 saat note ini mulai kutulis. Tiga hal yang ingin kuceritakan. Lebih baik kumulai dari cct dulu.

CCT adalah singkatan dr cross country tonti, semacam outbond (rihlah tepatnya) untuk tonti kelas 2 di sma teladan. Tadi, 250911, adalah hari H cct. Kebetulan ini giliran kami yg menCCT adik2 kelas dua. Tempatnya? Sama dgn cctku dulu, di daerah turi, sleman. Sebuah tempat yg memiliki rute menyenangkan, hanya saja jarak tempuhnya memang cukup jauh. Tadi aku dapat jatah di pos 5, pos refreshing dan pendinginan. Disebut Refreshing karena pos sebelumnya, pos4, adalah pos mental dan fisik yg biasanya bertensi tinggi. Disebut pendinginan karena dua hal. Secara tidak langsung, pos 5 adalah pos penguluran setelah berbagai kegiatan fisik sebelumnya. Sedangkan secara langsung, pos ini mendinginkan, karena peserta akan diberi hadiah "kungkum di air sungai". Ya, rute yg ditempuh memang sungai. Disanalah aku, tempat di mana aku menunggu setiap kelompok peserta dgn membaca buku inspiratif di atas batu, di tengah aliran air sungai yg menenangkan. Sungguh. Semoga kujumpai suasana yg lebih menentramkan kelak.

Kasur gantung, mungkin kalian bingung memikirkan bentuk benda ini, karena aku juga bingung menamainya. Sebenarnya benda ini familiar, sangat familiar malah. Tapi di film. Itu lho, semacam tempat tidur yg digantung di antara 2 pohon, yg biasanya terbuat dari tali dianyam. Tahu kan maksudku? Nah, jarang kulihat benda itu. Tapi, 220911 bapak pulang dari vietnam membawa kasur gantung ini. Entah beli di vietnam atau jakarta, tp itu tak penting. Yang penting, sekarang aku bisa puas melihat langit. Kasur gantung ini kugantungkan di pagar dan tralis jendela, maka disanalah aku sekarang. Kurelakan tiduran diluar begini karena tempat baruku ini. Dan karena malam ini dingin, kugunakan topi kain maling, yg bisa menutupi seluruh kepala. Dari topi itu kuingat...

Dieng. Kubeli topi itu disana. Sekitar dua bulan lalu, ketika bp2ky sekeluarga tour kesana. Mengingatkanku tentang kebun teh di kaki sindoro, tentang penginapan wismanya, tentang dinginnya pagi di tambi..

Kini, 21.31, kusudahi tulisan ini. Sebuah selingan ditengah waktu senggang, hanya sekedar untuk melengkapi buku merahku^_^

~ahad250911, 21.34, di atas kasur gantung, di bawah mendungnya malam~

Minggu, 11 September 2011

Pucang

Hari ini jadwal kami pulang, tapi tertunda karena reuni smp bulikku besok. Maka Jogja berganti payaman. Pakde Ro'i namanya. Berakar-akar saudara, tentu tak mudah mengerti. Kutahu beliau sebatas nama. Hubungan darahnya denganku? Tak kupahami. Memang aku yang pasif. Tanda harus belajar.

Banyak yang menarik dari ujung hari ini. Pucang, payaman, magelang, temanggung, dari pagi sampai malam, delapan rumah kami kunjungi. Satu rumah teman ortu, tujuh lainnya rumah saudara. Dari tujuh itu, satu rumah tak direncanakan. Niat bertanya arah pada orang di pinggir jalan, ternyata yg ditanya masih saudara. Mampirlah kami, tak ada lima menit. Lalu ada yg menarik juga di enam rumah lain. Lima dari enam mengajak kami untuk makan. Ya, makan besar. Agaknya rumah satunya ingin menawarkan pula bila tak terhalang jumatan. Padahal jumlah kami tak tanggung-tanggung, delapan orang.
Memang adat di daerah-daerah itu menjamu dgn makan besar. Dari lima tawaran itu, tiga kami terima. Tiga piring nasi kami dapat. Dua makan siang, satu makan malam. Mungkin jika perut kami sebanyak perut sapi, dua piring di rumah lain bisa kami lahap. Betapa.
Padahal jamuannya sungguh enak. Sederhana tapi penuh citarasa, makanan desa tapi mendunia, nikmat. Jika itu rumahku, jika aku kuat, pasti kuhabiskan semuanya..

Keluarga di Pucang ini salah satunya. Delapan belas tahun umurku, baru satu kali ini aku kesana..
Mbahku (harusnya lek, tapi lebih baik kupanggil mbah), yang putri umurnya 72, yg kakung umurnya 82.. Alhmdulillah beliau berdua sehat. Mbah kakung malah super sehat, umur kepala delapan masih mengendarai motor sendiri. Aktivitas sehari-hari lancar. Subhanallah.

Begitulah. Semuanya saudara jauh, bertahun pun belum tentu bertemu, bahkan beberapa baru pertama kutemui. Tapi sungguh hangat. Ikhlas yang menentramkan tamu. Semoga beliau-beliau dimuliakan Allah, amiin.

Kawan, jika hcl gastrinmu meningkat, cobalah ujung ke mereka.. Pasti lalulintas kardiakmu kan ramai kembali^_^
*tapiesensisilaturrahimtentubukanitu
hahaha

Maka Kini Kuberharap

Tahukah?
Ternyata proses turunnya sang mentari sungguh cepat, 6 menit sudah turun satu kelingking dari sudut pandang berjarak satu lengan..
Hebatnya si merah tetaplah bundar.
Utuh tak tersentuh,
terlihat kecil tapi tak tercuil..
Kini, 11 menit kulihat,
dia menghilang.
Entah sudah tertelan horizon,
atau hanya terabaikn oleh pohon.
Mata sudah tertipu,
tapi hati tetaplah tahu.
Dibalik semua itu,
Engkaulah ya Allah,
Engkaulah sang sutradara.
Mentari tadi indah,
tapi Engkau Maha Indah,,
Di mataku
awan senja pun sangatlah memesona,
padahal Engkaulah yg Maha Segalanya.
Mengingat mentari dan suasananya sungguh menentramkan,
maka mengingatMu pasti ketentraman hakiki..
Maka kini kuberharap,
ketika kuberjalan dijalanMu,
kemauanku kukuh
hatiku teguh
aksiku jauh..
Aku sadar aku terlalu lemah,
maka kuatkanlah ya Rabb,
kokohkanlah hatiku,,
sekokoh mentari yang berlalu tak terhalangi,
sekuat aliran air yang batu sekalipun akan terkikis cair..

~Senja di Kendal 310811~