Tiga hal yg sebenarnya kudambakan dari pengalaman beliau. Pertama mengenai kesempatan bermain di alam bebas. Desa, kaki gunung seperti itu, pasti melimpah ruah alam asrinya. Bermain di sana pasti lumrah. Sementara masakecilku, hah, sawah saja jarang dapatnya. Hahaha.
Kedua tentang pendidikan. Tentu soal fasilitas era ku menang. Tapi
bukan itu saja yang kucari. Akhir-akhir ini aku mendambakan kemandirian,
salah satunya dalam bentuk menjadi anak kos. Dan sepertinya 4 tahun
kedepan pun aku belum bisa merasakan itu. Tapi okelah, akan kucari
kesempatan yang lebih baik kelak. Beliau berbeda, sma saja sudah nglaju
padahal masih tahun 79. Kuliah? jangan ditanya. Jogja sudah menyambut
beliau di umur yang masih hijau. Tak mudah, pasti ibu sering tertempa
masalah. Tapi justru itulah pisau yang tajam terasah. Aku? Entah seperti
apa.
Ketiga, yang paling kurindukan, lagi2 sebuah tali. Tali persaudaraan. Kuamati, tali persaudaraan ibuku sangat erat. Bahkan pada titik terjauh pun masih melekat erat. Menurutku ini karena sekampung sedarah, atau mungkin ada alasan lain. Yang jelas aku rindu. Memang banyak saudara kutemui, tapi disana lidahku kelu. Seakan bertemu orang asing. Maka aku selalu ingin melihat keakraban antara ibuku dgn saudara jauhnya pada diriku dgn saudara jauhku. Entah kapan itu terwujud.
010911 22.45
ngempon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar