Kamis, 26 Januari 2012

Sungai Artifisial

Ada yang unik di indrayanti. Pantainya hanya selebar 400meteran, diapit oleh dua tebing. Januari 19, pantai pasang. Aku yang datang kloter terakhir (tersesat) tanpa basa-basi langsung menuju pantai, menghampiri teman-temanku yang mayoritas sudah di sana satu jam.

Memang tak berniat untuk basah, aku hanya sekedar beradu kaki dengan ombak. Itu pun hanya sebentar, selebihnya waktuku yang hanya 1 jam kuluangkan untuk bermain voli dan menikmati sunset sore itu. Agak bosan, aku mendekati tebing timur. Beberapa temanku sedang asyik di sekitar sungai kecil. Ah, tak bisa kusebut sungai karena tak alami. Kusebut got pun tak pas karena terlalu bersih. Lebarnya tak sampai 60 senti, turun dari kebun, mengalir 3 meter di pasir putih, lalu membaur ke laut. Sore itu airnya terlihat bersih. Aku penasaran, tawarkah airnya? Maka kudekati aliran air yang hanya sedalam belasan senti di pasir pantai itu. Kuambil seteguk, kurasakan. Asin, maka kubuang tanpa kutelan. Tampaknya ia sudah bercampur dengan air laut, walau garis pantai masih beberapa meter lagi. Atau mungkin pasir pantai lah yang menyebabkan asin. Entah, tapi setidaknya penasaranku hilang.

Pagi di pantai juga tak boleh kulewatkan. Kali ini tebing kunaiki. Tak terlalu sulit, sudah ada jalan meski cukup terjal. Puas melihat cakrawala dari atas, aku kembali turun. Sungai buatan yang kemarin kuminum airnya letaknya dekat dengan tebing. Maka kumanfaatkan untuk mencuci kaki. Detik itu aku kaget. "Lho, kok airnya kayak ada minyaknya ya?" tanyaku pada temanku. "Wajarlah, itu kan air limbah, temanku menyahut." Kulihat jalur sungai buatan itu, tampaknya memang dari warung-warung dan WC yang ada di sana. Sejak saat itu, meningat sungai palsu selalu membuatku ingin muntah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar