Lima bulan sekedar
menjadi tamu,
Kurang ajar memang,
tak tahu sopan santun, tak layak berpantun.
Skenarionya bukan
tentang sandiwara
Karena memang tak
seharusnya ada sandiwara,
Juga tak perlu
berlama-lama
Karena seharusnya
memang tak perlu waktu lama.
Selalu terbayang,
Mengeliminasi
predikat tamu, menanti sebuah keluarga,
Mengharap sambutan
hangat,
Menjadi bagian
darinya. Bagaimanapun
Seakan tertutup
kesempatan,
Kulewatkan hari
tanpa pikiran,
Hingga harinya
tiba.
Kenyataannya cepat
tak berarti selalu tepat.
Dan kini kutahu,
bukan cepat yang kami butuhkan,
Karena 31 desember
2011,
Karena akhir tahun
ini indah.
Dibuka dengan dua
kuliah pengganti,
Tapi ia indah
karena materi ini.
Kami yang beraksi,
Mengawali langkah
dari teduhnya pohon
Menapakkan langkah
ke arah lapangan
Tak ada agenda
pasti,
Kabur, tak putih
tak juga hitam,
Dan semua jelas
saat ia berada di angka empat
Berbaris rapi dalam
lima hitungan,
Oke kami lakukan,
Maju hingga
sejengkal, Rentangkan tangan, genggam,
Berhias
percik-percik air,
Maka disana mulai
kurasa,
Sebuah ikatan
keluarga
Karena seharusnya
susah senang memang tertanggung bersama
Lanjutlah oleh
sebuah minuman,
tak enak, sungguh
bahkan menunggu
jatah pun mengeraskan tangan
apalagi tak lupa
ucapan mental.
Ini pula yang
membuat terenyuh,
Diluar mungkin
memang keras, pedas, menusuk
Tapi di dalam ia
memotivasi, menyemangati,
Menguatkan arti
sebuah keluarga.
Dua jam kukira,
penuh ekspektasi tak terhenti,
Kecemasan tak terkira,
percampuran rasa.
Akhir, di masa-masa
terpenting, saat-saat tersakral,
Tak kusangka
teladan lah yang datang,
Sungguh indah
sebuah ikatan,
Walau Hanya
terbentuk dari sebuah bangunan,
Nyatanya ia itu
tetap kokoh, berdiri tegak tak terhalang tempat, tak terhalang waktu.
Maka kusebut Akhir
yang indah,
Simbolis memberi
korsa, dengan menebar teladan rasa
31 desember 2011,
kukabarkan, sore
itu ia menjadi kostum dua rasa
~di detik-detik pergantian tahun~

Tidak ada komentar:
Posting Komentar