Jawaban yg kita peroleh
dimana-mana adalah kelap-kelip itu disebabkan turbulensi di atmosfer,
proses yg mendistorsi cahaya bintang. Tapi jawaban itu tak menjelaskan
mengapa, bahkan tak menjawab pertanyaan sederhana mengapa hanya bintang
yang berkelap kelip, sedangkan planet-planet atau lampu pesawat terbang
tidak.Turbulensi udara tidak menimbulkan pengaruh apapun pada gelombang cahaya. Yang mendistorsi gelombang cahaya adalah perbedaan temperatur. Mungkin ada teori tentang refraksi cahaya ketika memasuki medium transparan, layaknya kinerja sepasang plastik/kaca transparan didepan mata sebagian dari kita. Sayangnya refraksi cahaya karena udara lebih sedikit dari kaca. Teori itu saja kurang. Maka sekali lagi jawaban kembali ke tmpratur.
Udara hangat mmbelokkan cahaya lebih sedikit daripada udara sejuk. Walaupun atom-atom dlm udara hangat atau udara sejuk sama saja, di udara hangat kerapatan mereka lebih rendah. Maka mereka kurang kompak membelokkan cahaya. Sekarang, bintang manapun (kcuali mthr) terletak begitu jauh sehingga kita hanya melihatnya sebagai titik tunggal yg sempurna di langit, titik geometris tanpa ukuran sama sekali, bahkan ketika diamati menggunakan teleskop paling kuat. Seakan sang bintang hanya mengirim satu berkas tunggal cahaya kpd kita. Ktika berkas cahaya itu sampai mata melalui atmosfer, berkas itu meliuk dan terhamburkan ketika melewati udara dgn beragam temperatur dan kekuatan pembelokan. Tiap kali cahaya terhamburkan, utk sekejap seolah bintang menghilang dr pandangan. Saat berkas yg sama terpencar lagi ke mata kita, ia tampak lagi.
Itulah kelapkelip bintang.
Untuk objek tampak besar seperti matahari atau bulan, penghamburan tsb tidak berpengaruh. Berkas yg terbelokkan ke mata sama bnyk dgn berkas yg terbelokkan menjauhi mata, maka citra yg tertangkap terlihat ajeg.
Planet tampak seperti bintang, pdhl bukan. Binocular pun melihat mrka sbgai piringan. Tak berkelap-kelipnya planet pun sama. Slain itu, twinkle twinkle little planet rasanya kurg bersajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar